Sabtu, 31 Januari 2015

Pelatihan Analisis Gender di Gallu Kalogho, Sumba Barat

Penulis: Kontributor Yayasan Sosial Donders

Pada tanggal 27-29 Januari 2015 telah diadakan pelatihan analisis gender di Gallu Kalogho, Desa Homba Karipit, Sumba Barat. Pelatihan ini diikuti oleh 36 orang peserta, yaitu para perempuan anggota kelompok dampingan Donders dan suami mereka.

Dalam pelatihan ini dilakukan permainan peran dan diskusi kelompok. Suasana saat kegiatan sangat ramai, bapak-bapak dan ibu-ibu sangat menikmati peran mereka masing-masing. Saat berdiskusi, mereka semua menyampaikan pendapatnya masing-masing. Suasana yang terjadi sangat hidup saat berdiskusi dan bermain peran.

Diharapkan, dengan pelatihan tersebut peserta memahami peran dan tugas antara perempuan dan laki-laki di dalam rumah tangga dan lingkungan sosial, serta keadilan dan ketidakadilan yang terjadi selama ini. Dengan pemahaman ini diharapkan akan terbangun kesadaran baru tentang hak-hak anak dan perempuan, sesuai Undang-undang KDRT no 23 tahun 2004. Selain itu, setiap anggota keluarga juga bisa memahami peran dan tanggung jawab anak, suami, dan isteri dalam kehidupan berumah tangga sehari-hari, dan mulai terlibat dalam kegiatan dan membuat jadwal kerja secara tertulis.

Senin, 19 Januari 2015

Pelatihan Pengarusutamaan Gender

Penulis: Kontributor Sandika

Pada tanggal 16 Januari 2015 telah diadakan pelatihan Pengarusutamaan Gender di sekretariat KWT Serba Guna Pamalala, Sumba Timur. Kegiatan ini diikuti oleh para anggota kelompok perempuan petani garam Serba Guna dampingan Sandika di Pamalala. Tujuan pelatihan ini adalah untuk mengidentifikasi proses yang selama ini sudah dilakukan, sampai sejauh mana peran yang dilakukan oleh suami dan istri dalam mendukung kegiatan memasak garam. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat disimpulkan siapakah yang memiliki peran yang lebih dominan antara perempuan dan laki-laki, dan dalam proses apa saja mereka lebih berperan.

Beberapa hal yang diharapkan dapat berlangsung di dalam pelatihan ini adalah:

Peserta :
  • Mereka dapat menceritakan tentang proses kerja sama yang mereka sudah lakukan selama ini. 
  • Mereka dapat mengetahui atau mengingat kembali kegiatan yang mereka sudah lakukan dan menuangkan dalam gambar. 
Kelompok :
  • Ada data dan informasi tentang pembagian peran dalam mendukung kegiatan memasak garam.
Organisasi:
  • Ada data dan informasi terakit pembagian peran antara laki-dan perempuan dalam kegiatan memasak garam. 
  • Ada dokumentasi berupa gambar bercerita. 
  • Sebagai bahan untuk melakukan analisa terhadap peran yang laki-dan perempuan dalam mendukung kegiatan memasak garam. 

Dalam foto di samping terlihat Ibu Mariana Kahi Leba (sekreatris KWT Serba Guna) menunjukkan hasil gambarnya terkait pembagian peran antara ibu Mariana dan suaminya dalam mendukung proses memasak garam. Suasana pelatihan saat itu sangat ramai, karena mama-mama tidak terbiasa menggambar, apalagi menggambar alat atau sarana yang mereka gunakan selama ini. Mereka tidak menyangka bahwa mereka akan menggambarkan itu, walaupun hampir setiap saat mereka menggunakan itu. Karena itu mereka saling mengintip hasil gambar dengan teman di samping mereka untuk membandingkan dengan hasil gambar mereka. Ada anggota yang perlu dituntun oleh staf Sandika dalam proses menggambar. Ketika proses telah berjalan selama setengah jam, mereka protes dan mengatakan bahwa mereka tidak bisa menggambar, dan meminta untuk dipandu oleh staf Sandika

Pembentukan visi kelompok pada 2 kelompok tenun songket


Penulis: Kontributor Yasalti

Pada tanggal 13-16 Januari 2015 yang lalu telah diselenggarakan kegiatan pembentukan visi kelompok di Desa Watu Puda, Sumba Timur. Kegiatan ini bertujuan untuk merumuskan mimpi-mimpi dari masing-masing kelompok, menemukan jati diri setiap kelompok, dan mengubah cara pandang mereka dari pendekatan berbasis masalah menjadi pendekatan berbasis kekuatan.


Kegiatan empat hari ini diikuti oleh para perempuan dari dua kelompok tenun di Desa Watu Puda, Sumba Timur, dan difasilitasi oleh beberapa orang staf Yasalti. Suasana dalam kegiatan ini awalnya memang masih kaku, karena anggota kelompok masih sama sekali belum berani berhadapan dengan orang baru. Namun seiring dengan waktu suasana menjadi seru dan aktif, karena para peserta mulai mau berpartisipasi.

Minggu, 18 Januari 2015

Lima LSM Sumba Belajar Bersama di Waikabubak

Penulis: Agustein Okamita

Para Peserta Lokakarya dan Fasilitator
Pada tanggal 6 sampai 10 Januari 2015 diadakan sebuah lokakarya untuk meningkatkan kapasitas personil lima LSM di Sumba. Lokakarya ini dipandu oleh Tim KAIL, sebuah LSM di Bandung dengan materi pembelajaran mengenai Kepemimpinan Pribadi, Teori Perubahan, Pengelolaan Keuangan dan Waktu Rumah Tangga. Lokakarya kali ini berlangsung di Hotel Manandang, Kota Waikabubak, Sumba Barat. Pelatihan diikuti oleh sepuluh orang peserta dari lima organisasi di Sumba yaitu Lembaga Pelita, Yasalti, Yayasan Bahtera, Yayasan Sosial Donders, dan Sandika. Tim KAIL yang terlibat sebagai fasilitator/trainer adalah: Any Sulistyowati (Any), Bernadeta Ratna Kristanti Iswari (Deta), Melly Amalia (Melly) dan Agustein Okamita (Titin).

Hari pertama dimulai dengan pembukaan oleh Bernadeta Ratna Kristanti Iswari (Deta). Deta memandu peserta untuk menuliskan harapan-harapan dan kekuatiran-kekuatirannya selama lokakarya ini. Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi berbagi pengalaman peserta selama pelatihan tahun 2014 yang lalu. Setelah istirahat, kegiatan dilanjutkan dengan sesi Memahami Diriku, yang difasilitasi oleh Melly Amalia. Pada sesi ini, peserta diajak untuk melihat kembali kehidupan mereka sejak lahir sampai mereka dewasa, melalui penggambaran ‘Sungai Kehidupan’ mereka. Setelah selesai menggambar, para peserta berbagi cerita tentang ‘Sungai Kehidupan’ mereka kepada peserta yang lain. 

Berbagi Cerita Sungai Kehidupan
Hari kedua dan ketiga, peserta belajar tentang Teori Perubahan yang dipandu oleh Any Sulistyowati (Any) dan seluruh tim fasilitator KAIL sebagai mentor kelompok. Di awal sesi, fasilitator mengajak peserta untuk berbagi hasil refleksi mereka selama hari pertama kepada satu orang peserta yang lain. Setelah membagikan hasil refleksi, para peserta menyusun visi atau panggilan hidup pribadi, dengan melihat kembali sungai kehidupan mereka. Pada sesi kedua, peserta diajak untuk menuangkan visi pribadi mereka ke dalam diagram TOC (Theory of Change/ Teori Perubahan). Setelah itu, para peserta saling menceritakan diagram yang telah mereka buat dengan salah satu temannya. Pada sesi terakhir, fasilitator menjelaskan tentang asumsi, dan kegiatan hari itu ditutup dengan menuliskan asumsi-asumsi untuk setiap tahapan pada diagram TOC masing-masing peserta.

Pada hari ketiga para peserta melanjutkan kegiatan dengan memeriksa kembali diagram TOC serta asumsi-asumsi yang telah mereka buat. Para peserta melakukan pemeriksaan dengan serius, sampai tiba makan siang. Setelah makan siang, acara hari itu dilanjutkan dengan penjelasan mengenai Dimensi Perubahan dan Ruang Perubahan (Sphere of Changes) oleh fasilitator. Sesi ini dilanjutkan dengan pemetaan Dimensi Perubahan dan Ruang Perubahan dari TOC masing-masing peserta. Pada sesi terakhir, para peserta bersama-sama membuat sebuah lagu berjudul Bintang Kehidupan berdasarkan visi mereka bersama.

Materi hari keempat berfokus pada materi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga yang dibawakan oleh Agustein Okamita (Titin). Sesi pertama hari keempat dimulai dengan Pengantar Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga. Selanjutnya para peserta diajak untuk mengisi tabel pendataan pengeluaran selama satu bulan terakhir. Pengisian tabel ini ditujukan untuk menganalisis pengelolaan keuangan yang mereka lakukan selama ini. Sesi selanjutnya, para peserta berbagi hasil analisis pengelolaan keuangan rumah tangga masing-masing dengan semua peserta lain. Pada sesi terakhir fasilitator mengajak para peserta merefleksikan hasil analisis pengelolaan keuangan mereka.

Pada hari kelima, atau hari terakhir, peserta belajar tentang Pengelolaan Waktu yang dipandu oleh Melly Amalia (Melly). Sesi diawali dengan para peserta menyanyikan lagu ciptaan mereka bersama, yang berjudul ‘Bintang Kehidupan’. Pada sesi pertama peserta mencoba menganalisis penggunaan waktu mereka selama ini dengan mengisi tabel penggunaan waktu yang diberikan oleh fasilitator. Sesi kedua diisi dengan berbagi hasil pengelolaan waktu para peserta dengan dua peserta yang lain. Setelah itu, mereka berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil diskusi tiap kelompok dengan kelompok yang lain. Sesi terakhir adalah refleksi hasil praktek manajemen waktu dan rencana tindak lanjut proses peningkatan kapasitas tersebut. Seluruh rangkaian kegiatan workshop selama lima hari itu ditutup dengan membaca kembali harapan-harapan peserta, dan menyanyikan kembali lagu ‘Bintang Kehidupan’ yang disusun bersama oleh semua peserta.

 ***