Kamis, 11 Juni 2015

Belajar Pengawetan Makanan di Rumah KAIL

Penulis: Agustein Okamita

Hari Minggu tanggal 7 Juni 2015 adalah hari terakhir dari tujuh hari kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas organisasi-organisasi LSM Sumba. Sejak hari Sabtu para perwakilan LSM dari Sumba sudah berada di Rumah KAIL, Kampung Cigarugak, Desa Giri Mekar, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Pada hari Minggu itu mereka belajar tentang tata cara pengawetan makanan. Selain dihadiri oleh para peserta pelatihan dan para staff KAIL, kegiatan hari itu dihadiri juga oleh relawan KAIL dan warga sekitar Rumah KAIL, dan Rio, salah seorang fasilitator dalam pelatihan permakultur di Rumah KAIL beberapa waktu yang lalu.

Pembawa materi sesi pengawetan makanan ini adalah Ibu Susen Suryanto dari PIKPL Semanggi. Dalam kesempatan ini, Ibu Susen menjelaskan manfaat pengawetan makanan, yaitu agar makanan terhindar dari pembusukan dan bisa disimpan dalam waktu yang lebih lama. Ibu Susen juga menceritakan tentang tahap-tahap pengawetan makanan, yaitu dengan proses blansing (blanching) dan pengeringan. Proses blansing adalah proses pemanasan bahan makanan untuk mematikan mikroorganisme dan enzim-enzim yang mempercepat perusakan bahan makanan itu. Proses itu dilakukan dengan memanaskan bahan makanan di dalam air panas atau uap panas dalam waktu tertentu, lalu setelah itu bahan makanan diangkat dan langsung dimasukkan ke dalam air es. Setelah dilakukan proses blansing, makanan bisa dikeringkan dengan cara dijemur atau menggunakan alat pengering (dehidrator). Selain dengan proses pengeringan, bahan makanan juga bisa diawetkan dengan proses curing. Proses curing adalah proses pengawetan makanan dengan cara merendam makanan dalam larutan garam, gula, dan cuka. Proses curing ini biasanya dilakukan untuk membuat acar atau manisan buah-buahan.

Setelah mendengarkan penjelasan tentang manfaat dan cara-cara pengawetan bahan makanan, para peserta diajak untuk mempraktekkannya. Semua peserta bersama-sama membersihkan cabai rawit dan mengupas bawang putih. Setelah selesai dibersihkan, cabai rawit dan bawang putih di-blansing dalam air mendidih. Ibu Susen mendemonstrasikan cara-cara melakukan blansing terhadap cabai rawit dan bawang putih, dan selanjutnya para peserta ikut mencobanya secara bergantian. Selain proses blansing, para peserta juga belajar melakukan sterilisasi botol kaca. Cabai rawit dan bawang putih yang sudah di-blansing kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender. Setelah halus, sambal yang sudah jadi tersebut dimasukkan ke dalam botol-botol kaca. Proses selanjutnya adalah merebus botol berisi sambal dalam air mendidih atau mengukusnya selama kurang lebih setengah jam.

Para peserta mengikuti setiap proses pembelajaran dengan cukup antusias. Mereka banyak mengajukan pertanyaan, dan senang dengan pelajaran yang mereka peroleh hari itu. Tidak hanya itu, para peserta juga bisa membawa pulang sambal bawang yang mereka buat bersama-sama tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar